Konteks Penulisan dan Kepercayaan Masyarakat Jawa
Dalam tradisi Jawa, sejarah tidak selalu dipahami sebagai kronologi fakta. Sebaliknya, sejarah sering kali disampaikan melalui simbol, mitos, dan cerita yang menyatukan nilai moral dengan kisah nyata.
Dalam konteks ini, Pararaton mungkin ditulis bukan untuk mencatat fakta sejarah, tetapi untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu kepada pembaca masa itu.
Sebagai contoh, kisah Ken Arok dapat dilihat sebagai penggambaran perjuangan manusia yang mencari kekuasaan dengan cara-cara yang tidak konvensional. Dalam mitologi Jawa, figur seperti Ken Arok adalah gambaran manusia yang tidak hanya berambisi besar, tetapi juga menunjukkan kelemahan moral, yang pada akhirnya membawa konsekuensi fatal.
Pararaton di Era Modern
Hari ini, Pararaton tetap menjadi bahan kajian penting dalam memahami sejarah dan budaya Jawa. Di tengah debat akademis, kitab ini memberikan wawasan tentang bagaimana masyarakat Jawa memadukan sejarah dan sastra sebagai bagian dari warisan budaya mereka.
Namun, untuk menggunakannya sebagai sumber sejarah, diperlukan kehati-hatian. Pararaton harus dilihat sebagai pendamping sumber-sumber sejarah lain, seperti Negarakertagama, prasasti, dan bukti arkeologis. Pendekatan kritis semacam ini penting untuk memastikan bahwa sejarah yang direkonstruksi dari Pararaton tidak hanya menjadi sekadar mitos tanpa dasar.
Pararaton adalah sebuah karya yang berdiri di persimpangan antara sejarah dan sastra. Dengan memadukan elemen faktual dan imajinatif, kitab ini memberikan gambaran tentang bagaimana masyarakat Jawa kuno memandang dunia mereka. Apakah Pararaton lebih cocok disebut sebagai sejarah atau sastra? Jawabannya tergantung pada sudut pandang pembaca. Yang pasti, kitab ini adalah cerminan kekayaan budaya dan tradisi intelektual Nusantara yang tak lekang oleh waktu.
