Artikel ini membahas alasan mengapa Arab Saudi tidak merayakan peristiwa Isra Mi’raj, dengan penekanan pada pendekatan keagamaan dan tradisi yang dianut di negara tersebut
SULUH.ID, Semarang – Peristiwa Isra Mi’raj merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Islam yang diperingati oleh banyak umat Muslim di berbagai negara. Namun, Arab Saudi, sebagai pusat dunia Islam, tidak secara resmi merayakan peristiwa ini. Keputusan ini didasarkan pada beberapa alasan yang berkaitan dengan pendekatan keagamaan dan tradisi di negara tersebut.
Arab Saudi dikenal menganut ajaran Islam yang konservatif, khususnya mengikuti paham Wahhabisme. Pendekatan ini menekankan pada pemurnian praktik keagamaan dan cenderung menghindari perayaan yang tidak memiliki dasar kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Perayaan Isra Mi’raj dianggap sebagai inovasi dalam agama yang tidak memiliki preseden dalam tradisi Islam awal, sehingga tidak dipraktikkan di Arab Saudi.
Dari sudut pandang teologis, perayaan Isra Mi’raj tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan Hadis. Oleh karena itu, perayaan ini dianggap sebagai bid’ah atau inovasi dalam agama yang sebaiknya dihindari.
Pandangan ini sejalan dengan prinsip-prinsip Wahhabisme yang dominan di Arab Saudi.
Arab Saudi menekankan pentingnya menjalankan ibadah wajib dan sunnah yang telah ditetapkan dalam Islam. Perayaan yang tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam dianggap dapat mengalihkan perhatian umat dari ibadah yang lebih utama.
Oleh karena itu, perayaan Isra Mi’raj tidak diadakan secara resmi di negara ini.
Keputusan Arab Saudi untuk tidak merayakan Isra Mi’raj didasarkan pada pendekatan keagamaan yang konservatif dan penekanan pada pemurnian praktik keagamaan sesuai dengan ajaran Islam awal. Meskipun peristiwa ini memiliki makna penting dalam sejarah Islam, perayaannya tidak dianggap sebagai bagian dari praktik keagamaan yang harus diikuti.
CLST/SLH