Kesurupan masih menjadi misteri di banyak budaya. Apakah ini benar-benar pengaruh roh, atau sekadar manifestasi gangguan psikologis?
SULUH.ID, Semarang – Kesurupan adalah fenomena yang kerap ditemukan dalam berbagai budaya dan tradisi di dunia, termasuk Indonesia. Bagi sebagian masyarakat, kesurupan dianggap sebagai bukti keberadaan makhluk gaib yang mengambil alih kendali tubuh seseorang. Namun, pandangan ilmiah dan medis memberikan penjelasan yang berbeda, mengaitkan kesurupan dengan gangguan psikologis atau neurologis. Kita akan membahas secara mendalam apa itu kesurupan, sudut pandang ilmiah, serta alasan mengapa banyak orang masih mempercayainya.
Apa Itu Kesurupan?
Kesurupan, juga dikenal sebagai kerasukan, adalah kondisi di mana seseorang diyakini kehilangan kendali atas tubuh dan pikirannya akibat pengaruh makhluk gaib, seperti roh, setan, atau jin. Fenomena ini biasanya ditandai dengan perubahan perilaku mendadak, seperti berbicara dengan suara yang berbeda, kekuatan fisik yang tak wajar, atau tindakan yang di luar kebiasaan.
Misal dalam Budaya Jawa, kesurupan sering dianggap sebagai bentuk komunikasi antara dunia manusia dan dunia gaib. Ritual penyembuhan, seperti pengusiran roh atau eksorsisme, biasanya dilakukan untuk “mengembalikan” kendali tubuh kepada individu yang mengalami kesurupan.
Penjelasan Ilmiah tentang Kesurupan
Dalam dunia medis, fenomena kesurupan dapat diklasifikasikan sebagai bagian dari gangguan disosiatif yang disebut possession trance disorder (PTD). Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders), PTD adalah kondisi di mana seseorang kehilangan identitas dirinya dan menunjukkan perilaku yang dianggap sebagai “kerasukan”.
Ciri-ciri PTD:
Hilangnya kontrol atas tindakan tubuh.
Ketidaksadaran terhadap lingkungan sekitar.
Perubahan kepribadian sementara.
Amnesia atau kehilangan ingatan setelah episode selesai.
Para psikolog percaya bahwa PTD sering dipicu oleh:
Trauma Psikologis: Pengalaman traumatis dapat memicu mekanisme pelarian diri dari realitas, yang diwujudkan dalam bentuk kesurupan.
Tekanan Emosional: Kondisi stres berat atau depresi dapat menyebabkan individu mengalami disosiasi sebagai mekanisme perlindungan diri.
Faktor Budaya: Kepercayaan terhadap roh dan makhluk gaib dapat memengaruhi manifestasi gejala kesurupan, terutama di komunitas yang kuat akan tradisi supranatural.
Apakah Kesurupan Bisa Dibuktikan Secara Ilmiah?
Kesurupan dapat diuji secara ilmiah dengan menggunakan pendekatan medis dan psikologis. Beberapa metode pembuktian meliputi:
Analisis Psikologis: Melalui wawancara klinis dan tes psikologis, ahli dapat mengevaluasi kemungkinan adanya gangguan disosiatif atau psikosis.
Pemeriksaan Neurologis: Penggunaan pencitraan otak seperti MRI atau EEG dapat membantu mengidentifikasi aktivitas otak yang tidak normal selama episode kesurupan.
Eksperimen Sosial: Studi telah menunjukkan bahwa kesurupan sering kali terjadi secara kolektif dalam kelompok yang percaya pada fenomena tersebut, menunjukkan adanya pengaruh sugesti sosial.
Hipnosis Klinis: Hipnosis digunakan untuk memahami apakah individu yang kesurupan dapat “dibawa kembali” ke kondisi sadar, menunjukkan bahwa fenomena ini bersifat psikologis.
Mengapa Banyak Orang Mempercayai Kesurupan?
Kesurupan sering kali menjadi bagian dari kepercayaan tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Beberapa alasan mengapa fenomena ini tetap dipercaya:
Budaya dan Tradisi: Di banyak komunitas, kepercayaan terhadap roh halus atau makhluk gaib adalah bagian dari identitas budaya yang mendalam.
Kekuatan Sugesti: Dalam kelompok yang memiliki keyakinan kuat terhadap dunia gaib, sugesti sosial dapat memengaruhi perilaku individu hingga mereka mengalami kesurupan.
Ketidaktahuan akan Ilmu Medis: Ketidaktahuan tentang gangguan psikologis atau neurologis membuat masyarakat cenderung mencari penjelasan mistis untuk fenomena yang tidak dipahami.
Jika Kesurupan Bukan karena Roh, Apa yang Terjadi?
Dari perspektif medis, individu yang dianggap kesurupan sebenarnya mengalami:
Gangguan Disosiatif: Kehilangan kendali atas tubuh sebagai respons terhadap trauma atau stres.
Epilepsi: Serangan epilepsi, terutama yang melibatkan lobus temporal, dapat menyebabkan gejala seperti kehilangan kesadaran dan perubahan perilaku.
Gangguan Psikosis: Kondisi seperti skizofrenia dapat menyebabkan delusi atau perilaku aneh yang menyerupai kesurupan.
Gangguan Fisik: Kelelahan ekstrem atau dehidrasi juga dapat menyebabkan perilaku yang tidak biasa.
Kesurupan adalah fenomena kompleks yang memiliki dimensi mistis, budaya, dan medis. Dari perspektif tradisional, kesurupan dianggap sebagai bukti interaksi dengan dunia gaib. Namun, dari sudut pandang ilmiah, fenomena ini sering kali dikaitkan dengan gangguan psikologis atau neurologis.
Pemahaman yang lebih baik tentang kesurupan dapat membantu masyarakat mengatasi stigma terhadap gangguan mental dan mendorong pendekatan yang lebih rasional dalam menangani fenomena ini.
CLST/SLH