Artikel ini membahas peristiwa Isra Mikraj dari sudut pandang ilmiah dan keimanan, mengulas kemungkinan penjelasan sains serta makna spiritual di balik perjalanan Nabi Muhammad SAW
SULUH.ID, Semarang – Peristiwa Isra Mikraj merupakan salah satu peristiwa paling monumental dalam sejarah Islam. Kejadian ini menggambarkan perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem (Isra), dilanjutkan dengan kenaikan ke langit ketujuh hingga Sidratul Muntaha (Mikraj), dan kembali ke Makkah dalam satu malam.
Bagi umat Islam, peristiwa ini menegaskan keagungan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW serta menjadi landasan penetapan salat lima waktu.
Isra: Perjalanan Malam dari Makkah ke Yerusalem
Isra merujuk pada perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Jarak antara kedua lokasi ini sekitar 1.400 kilometer. Dalam kondisi normal, perjalanan sejauh ini akan memakan waktu berminggu-minggu dengan menggunakan transportasi pada masa itu.
Namun, Nabi Muhammad SAW dikisahkan melakukan perjalanan ini dalam waktu yang sangat singkat, yaitu hanya dalam satu malam.
Mikraj: Kenaikan ke Langit Tertinggi
Setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan spiritualnya dengan naik ke langit ketujuh, bertemu dengan para nabi sebelumnya, hingga mencapai Sidratul Muntaha, tempat tertinggi yang dapat dicapai oleh makhluk.
Di sana, beliau menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk menunaikan salat lima waktu.
Penjelasan Sains: Perspektif Fisika dan Astronomi
Dari sudut pandang ilmiah, perjalanan secepat itu menimbulkan pertanyaan mengenai kemungkinan penjelasan fisika dan astronomi.
Beberapa teori ilmiah mencoba menjelaskan fenomena ini, meskipun tidak ada yang dapat memberikan penjelasan definitif.
Teori Relativitas Waktu
Albert Einstein, melalui teori relativitasnya, menyatakan bahwa waktu bersifat relatif dan dapat berjalan berbeda tergantung pada kecepatan dan gravitasi. Dalam konteks Isra Mikraj, beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa Nabi Muhammad SAW mungkin mengalami fenomena dilatasi waktu, di mana waktu berjalan lebih lambat bagi beliau dibandingkan dengan waktu di bumi. Namun, ini tetap dalam ranah spekulasi dan tidak dapat dibuktikan secara empiris.
Wormhole: Jalan Pintas Kosmis
Konsep wormhole atau lubang cacing dalam fisika teori menggambarkan adanya “jalan pintas” melalui ruang dan waktu yang dapat menghubungkan dua titik yang berjauhan di alam semesta dalam waktu singkat.
Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa perjalanan Isra Mikraj mungkin melibatkan fenomena semacam ini. Namun, hingga kini, keberadaan wormhole masih bersifat hipotetis dan belum terbukti secara ilmiah.
Dimensi Lain: Alam Metafisika
Beberapa teori fisika modern, seperti teori string, mengusulkan adanya dimensi tambahan di luar empat dimensi ruang-waktu yang kita kenal. Perjalanan Nabi Muhammad SAW mungkin melibatkan interaksi dengan dimensi-dimensi ini, memungkinkan beliau melakukan perjalanan yang tampaknya mustahil menurut hukum fisika konvensional.
Namun, ini juga masih dalam ranah spekulasi dan belum memiliki bukti empiris.
Keimanan dan Mukjizat: Di Luar Ranah Sains
Bagi umat Islam, Isra Mikraj adalah peristiwa mukjizat yang menegaskan keagungan dan kekuasaan Allah SWT. Mukjizat, menurut definisi, adalah peristiwa luar biasa yang melampaui hukum alam dan tidak dapat dijelaskan oleh sains.
Oleh karena itu, meskipun berbagai teori ilmiah mencoba memberikan penjelasan, peristiwa ini pada akhirnya berada di luar jangkauan pemahaman ilmiah dan diterima sebagai bagian dari keimanan.
Peristiwa Isra Mikraj tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah Islam. Meskipun berbagai upaya telah dilakukan untuk menjelaskan fenomena ini dari sudut pandang ilmiah, pada akhirnya, peristiwa ini diterima sebagai mukjizat yang menegaskan keimanan umat Islam terhadap kekuasaan Allah SWT dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
YHW/SLH