Tren Peningkatan Gempa di Indonesia, Ancaman Megathrust dan Tsunami

Indonesia menghadapi lonjakan gempa bumi. BMKG menyiapkan teknologi canggih dan strategi mitigasi bencana untuk menghadapi ancaman megathrust dan tsunami.

SULUH.ID, Semarang – Indonesia, yang terletak di kawasan pertemuan tiga lempeng tektonik utama dunia—Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia—selalu menjadi wilayah yang rawan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi dan tsunami. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan bahwa kejadian gempa bumi di Indonesia telah menunjukkan tren peningkatan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

Peningkatan ini membawa tantangan besar bagi mitigasi bencana di tanah air, yang memerlukan respons cepat, cermat, dan teknologi yang lebih maju.

Data dan Fakta

Dalam sebuah webinar yang diselenggarakan oleh Teknik Geofisika ITS pada 17 Januari 2025, Dwikorita memberikan pemaparan mendalam tentang kondisi terkini aktivitas kegempaan di Indonesia. 

Ia mengungkapkan bahwa meskipun jumlah alat pemantau gempa bumi yang dimiliki BMKG semakin banyak, tren peningkatan gempa tetap terlihat nyata. Saat ini, BMKG telah memasang lebih dari 550 seismograf di seluruh Indonesia, jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekitar 20 seismograf pada saat gempa Aceh 2004 yang legendaris.

loading...

Namun, meskipun peningkatan alat pemantau ini dapat merekam lebih banyak aktivitas gempa, Dwikorita menekankan bahwa peningkatan jumlah kejadian gempa bukan semata-mata disebabkan oleh bertambahnya alat pemantau. 

Data BMKG menunjukkan bahwa, meskipun jumlah alat seismograf meningkat secara signifikan antara 2009 hingga 2019, jumlah kejadian gempa tidak menunjukkan lonjakan signifikan pada periode tersebut. Baru pada tahun 2024, jumlah kejadian gempa mengalami lonjakan tajam mencapai 29.869 kali, dengan alat pemantau yang relatif stabil.

Baca Juga  Mau Daftar CPNS, Hari Ini 29 Juni BKN Umumkan Jadwal Pendaftaran

Menurut Dwikorita, fenomena ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas tektonik, terutama gempa-gempa dangkal yang seringkali menimbulkan kerusakan besar. 

“Peningkatan kejadian gempa merusak menjadi perhatian utama kami, di mana gempa yang terjadi tidak hanya lebih sering, tetapi juga lebih merusak,” ujarnya.

Kehati-hatian dalam Menghadapi Gempa Megathrust dan Tsunami

Peningkatan aktivitas kegempaan ini juga sejalan dengan adanya ancaman potensial dari gempa megathrust, sebuah jenis gempa bumi besar yang terjadi di wilayah zona subduksi. 

Dwikorita menyatakan bahwa BMKG terus memperbarui peta dan model peringatan dini terkait potensi gempa megathrust, khususnya di Selat Sunda, yang dikenal sebagai zona seismic gap. 

Seismic gap adalah area di mana aktivitas gempa bumi sangat jarang terjadi, namun dengan potensi besar terjadinya gempa besar yang dapat disertai dengan tsunami.

BMKG telah mengidentifikasi bahwa beberapa wilayah seperti Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memiliki catatan sejarah panjang terkait gempa megathrust, yang terakhir kali tercatat lebih dari dua abad lalu. Oleh karena itu, pihak BMKG telah menyiapkan berbagai skenario bencana, termasuk simulasi gempa megathrust dan tsunami dengan ketinggian yang dapat mencapai belasan meter, untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah daerah.

Teknologi dan Edukasi Masyarakat

Untuk menghadapi ancaman tersebut, BMKG tidak hanya mengandalkan peningkatan jumlah sensor dan alat pemantauan, tetapi juga berfokus pada sistem peringatan dini dan edukasi masyarakat. 

Baca Juga  Gencatan Senjata 42 Hari: Truk Bantuan Kemanusiaan Mulai Masuki Gaza

BMKG telah menambah jumlah sirine tsunami, khususnya di wilayah selatan Banten dan Selat Sunda, dengan tujuan memberikan peringatan yang lebih cepat kepada masyarakat. Meskipun begitu, Dwikorita menekankan bahwa peran BMKG dalam hal sirine tsunami sebenarnya tidak diatur dalam Undang-Undang, sehingga peranannya lebih kepada mendukung dan memberikan informasi terkait potensi tsunami yang terjadi.

Selain itu, dalam rangka memperkuat mitigasi bencana, BMKG juga terus mengembangkan model peringatan dini yang lebih akurat dan efektif. Kerja sama dengan negara lain seperti Taiwan juga sedang dilakukan untuk memperkuat teknologi pemantauan kegempaan dan tsunami. 

“Kami sangat serius dalam menyiapkan teknologi yang dapat membantu deteksi dini, terutama untuk gempa megathrust yang berpotensi besar menghancurkan,” tambah Dwikorita.

Tidak Hanya Gempa yang Harus Diwaspadai

Tidak hanya gempa bumi dan tsunami yang perlu diwaspadai, tetapi juga bencana hidrometeorologi, yang semakin meningkat akibat perubahan iklim global. 

Dalam paparan tersebut, Dwikorita menekankan pentingnya pendekatan mitigasi yang lebih komprehensif, mencakup bencana geohidrometeorologi yang melibatkan cuaca ekstrem, banjir, dan longsor. 

“Perubahan iklim telah menyebabkan cuaca menjadi semakin tidak terduga, dan ini memperburuk dampak bencana yang terjadi,” jelasnya.

Dengan pendekatan yang holistik, diharapkan Indonesia bisa lebih siap menghadapi bencana di masa depan. Selain itu, peningkatan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat juga menjadi kunci dalam mengurangi risiko korban jiwa dan kerugian material akibat bencana alam.

Baca Juga  Presiden: Kritik Merupakan Bentuk Ekspresi Di Negara Demokrasi

Pentingnya Kolaborasi dan Teknologi dalam Mitigasi Bencana

Peningkatan kejadian gempa bumi di Indonesia yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa negara ini harus lebih waspada terhadap ancaman bencana geologi dan geohidrometeorologi. BMKG terus berupaya memperkuat sistem pemantauan dan peringatan dini dengan menambah jumlah alat sensor serta mengembangkan teknologi yang lebih canggih. Namun, teknologi saja tidak cukup. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga terkait sangat diperlukan untuk menciptakan sistem mitigasi bencana yang efektif dan menyeluruh.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika tektonik dan perubahan iklim, serta dengan kesiapsiagaan yang lebih baik, Indonesia diharapkan bisa meminimalkan dampak bencana yang merugikan. Saatnya untuk lebih siap, lebih tanggap, dan lebih cerdas dalam menghadapi tantangan alam yang terus berubah.

HEND/SLH

Mungkin Anda Menyukai