Tari Gandrung, kesenian tradisional Banyuwangi yang memadukan budaya Jawa dan Bali, memiliki sejarah yang kaya
SULUH.ID, Banywangi – Tari Gandrung adalah salah satu tarian tradisional yang sangat terkenal di Banyuwangi, Jawa Timur.
Tarian ini tidak hanya merupakan sebuah pertunjukan seni, tetapi juga sarat dengan makna budaya, sejarah, dan spiritual yang mendalam. Terinspirasi dari kehidupan masyarakat setempat, Tari Gandrung dipentaskan dengan penuh keindahan dan kekayaan budaya, menggabungkan elemen-elemen dari dua budaya besar, Jawa dan Bali.
Tarian ini mempresentasikan rasa syukur masyarakat Banyuwangi terhadap hasil panen mereka.
Asal-Usul Tari Gandrung, Sebuah Tarian Berakar pada Sejarah
Sejarah Tari Gandrung dimulai dari kata “gandrung” yang berarti “tergila-gila” atau “cinta habis-habisan” dalam bahasa Jawa.
Seperti dikutip dalam buku Pendidikan Seni Budaya untuk tingkat SMP, tarian ini merupakan wujud perasaan cinta dan rasa syukur masyarakat Blambangan—nama lama Banyuwangi—terhadap hasil panen mereka. Tarian ini pun menggambarkan kehidupan sosial mereka yang terhubung erat dengan alam.
Tari Gandrung masuk dalam kategori seni pertunjukan yang menggabungkan musik gamelan dengan gerakan tubuh yang lincah dan penuh ekspresi.
Seiring waktu, tarian ini juga mengalami perkembangan. Awalnya, Gandrung ditarikan oleh pria yang mengenakan busana wanita, dengan iringan musik gamelan, dan menggunakan kendang sebagai instrumen utama. Namun, pada akhir abad ke-19, tarian ini mengalami perubahan signifikan setelah perkembangan agama Islam di daerah Blambangan, yang mempengaruhi pelaksanaan tari tersebut.
Hal ini menyebabkan tarian Gandrung pria, atau yang dikenal dengan istilah Gandrung Lanang, akhirnya menghilang pada sekitar tahun 1890-an.
Sebagai salah satu seni pertunjukan yang sangat melekat dengan masyarakat Banyuwangi, Tari Gandrung juga dipandang sebagai alat pemersatu. Ketika rakyat Blambangan mengalami kekalahan dalam perjuangan melawan VOC, kesenian ini menjadi simbol pemersatu yang menyatukan masyarakat yang terpecah akibat konflik tersebut.
Dengan melibatkan unsur-unsur kebersamaan dan kerjasama dalam pementasan, tarian ini melambangkan keinginan untuk mengatasi perbedaan dan menjaga keharmonisan sosial.
Pementasan Tari Gandrung, Keindahan dan Pesona dalam Setiap Gerakan
Salah satu atraksi yang paling terkenal dari Tari Gandrung adalah Festival Gandrung Sewu yang diselenggarakan setiap tahun di Banyuwangi.
Festival ini merupakan salah satu perayaan seni terbesar yang menampilkan ratusan penari Gandrung yang memukau, menunjukkan koreografi dan gerakan tarian yang diambil dari tradisi Gandrung.
Pada Festival Gandrung Sewu 2024 yang digelar selama tiga hari pada bulan Desember, sejumlah ragam koreografi baru yang diciptakan oleh seniman tari Banyuwangi ditampilkan untuk pertama kalinya.
Dalam pementasan, Tari Gandrung terdiri dari beberapa bagian. Pertama adalah “Jejer”, di mana seorang penari Gandrung Tunggal menari tanpa melibatkan tamu. Pada bagian ini, penari menunjukkan keahlian teknis dalam menari dengan penuh ekspresi dan energi.
Setelah itu, ada bagian yang disebut “Paju” (atau Maju), di mana penari yang mendampingi tamu, khususnya pria, akan melangkah maju ke panggung untuk menari bersama. Para tamu, yang umumnya adalah pria, akan bergantian menari, menyatukan gerakan mereka dengan penari Gandrung.
Bagian terakhir dalam pementasan ini adalah “Seblang Subuh”, yang menandakan akhir dari pertunjukan. Gerakan penari akan melambat dan lebih mengarah pada ekspresi emosi yang mendalam, dengan iringan musik gending yang bertemakan kesedihan, menandakan rasa syukur yang dipenuhi dengan perasaan haru dan mendalam.
Tari Gandrung tidak hanya dipentaskan dalam acara-acara besar, seperti festival, tetapi juga dalam berbagai kesempatan lainnya. Tarian ini sering kali tampil dalam pesta hajatan, perayaan khitanan, dan hari besar nasional. Tak hanya itu, seni ini kini juga menjadi daya tarik utama dalam sektor pariwisata Banyuwangi.
Dengan dikemas secara padat dan ringkas, Tari Gandrung dapat dipertunjukkan kapan saja, memberikan kesempatan bagi para wisatawan untuk menyaksikan keindahan budaya ini dalam format yang lebih praktis dan menarik.
Tari Gandrung dan Pariwisata, Membuka Pintu Dunia ke Budaya Banyuwangi
Banyuwangi kini dikenal sebagai salah satu destinasi wisata budaya yang kaya akan tradisi dan kebudayaan. Tari Gandrung, dengan segala keindahan dan nilai sejarahnya, menjadi daya tarik yang tak terpisahkan dari identitas Kabupaten Banyuwangi.
Seiring dengan berkembangnya pariwisata, seni tradisional ini menjadi bagian penting dalam memperkenalkan budaya Indonesia ke dunia internasional.
Festival Gandrung Sewu, misalnya, tak hanya menjadi ajang untuk merayakan warisan budaya lokal, tetapi juga mendatangkan wisatawan domestik dan mancanegara yang tertarik untuk menyaksikan langsung keindahan tariannya.
Dalam konteks ini, Tari Gandrung tidak hanya sekedar tarian. Ia adalah simbol kekayaan budaya Indonesia, yang merayakan kehidupan, keindahan, dan sejarah yang telah membentuk identitas bangsa. Dengan terus dipertunjukkan dalam berbagai kesempatan, tari ini semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu kebudayaan yang patut dilestarikan dan dibanggakan oleh generasi mendatang.
Dengan segala pesona yang dimilikinya, Tari Gandrung tetap relevan di tengah perubahan zaman, dan akan terus menjadi bagian dari warisan budaya yang tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Banyuwangi, tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.
CLST/SLH