Penelitian terbaru menemukan kandungan asam perfluoroheksanoat (PFHxA) pada beberapa produk pelacak kebugaran dan tali jam tangan pintar, yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan serius. Simak dampak dan bahaya dari bahan kimia ini
SULUH.ID, Semarang – Teknologi yang dapat dikenakan, seperti jam tangan pintar dan pelacak kebugaran, kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari banyak orang. Dari melacak aktivitas fisik hingga memonitor kondisi kesehatan, perangkat ini telah merevolusi cara kita menjaga kebugaran tubuh.
Namun, baru-baru ini, para peneliti dari Universitas Notre Dame, Amerika Serikat, mengungkapkan sebuah temuan yang mengejutkan: produk-produk tersebut dapat mengandung bahan kimia berbahaya yang tersembunyi di dalam tali jam tangan dan pelacak kebugaran.
Temuan ini memberikan peringatan serius tentang potensi ancaman terhadap kesehatan pengguna.
Studi terbaru yang diterbitkan pada 16 Januari 2025, memeriksa 22 merek produk pelacak kebugaran dan jam tangan pintar. Hasilnya cukup mengejutkan: sembilan di antaranya mengandung asam perfluoroheksanoat (PFHxA) dalam konsentrasi yang sangat tinggi.
PFHxA adalah jenis zat kimia yang termasuk dalam keluarga perfluoroalkil dan polifluoroalkil (PFAS), yang sering digunakan dalam pembuatan produk-produk tahan air, panas, dan noda.
PFHxA dan PFAS lainnya dikenal memiliki dampak kesehatan yang serius. Zat kimia ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan kesuburan hingga peningkatan risiko penyakit kronis seperti kanker testis dan ginjal.
Bahan kimia ini juga dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, hipertensi akibat kehamilan, serta penurunan respons imun. Pada anak-anak, paparan PFHxA dapat mempengaruhi perkembangan hormon dan meningkatkan risiko kerusakan hati, penyakit tiroid, serta asma.
Metode Penelitian
Para peneliti dari Universitas Notre Dame menggunakan teknik analisis yang canggih untuk mengidentifikasi kandungan fluor dalam produk-produk tersebut. Mereka menerapkan analisis sinar ion emisi sinar gamma yang diinduksi partikel dan spektrometri massa tandem kromatografi cair.
Teknik-teknik ini memungkinkan mereka untuk mengukur total kandungan fluor dalam produk dan mengidentifikasi jenis PFAS yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak tali jam tangan pintar dan pelacak kebugaran mengandung tingkat fluor yang tinggi, yang mengindikasikan adanya PFAS.
Dalam penelitian tersebut, 15 dari 22 sampel yang diuji menunjukkan konsentrasi fluor total yang tinggi. Dari jumlah tersebut, sembilan produk mengandung PFHxA dalam jumlah yang cukup signifikan.
Alyssa Wicks, salah satu penulis penelitian, menjelaskan bahwa konsentrasi PFHxA yang ditemukan sangat mencolok.
“Kami terkejut dengan konsentrasi yang sangat tinggi dari satu jenis PFAS saja,” ujarnya.
Graham Peaslee, penulis penelitian lainnya, menambahkan bahwa beberapa sampel bahkan mengandung PFHxA dengan konsentrasi lebih dari 1.000 bagian per miliar, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebanyakan produk konsumen lainnya yang pernah mereka uji.
Penemuan ini memberikan gambaran bahwa pengguna produk pelacak kebugaran dan jam tangan pintar mungkin secara tidak sadar terpapar bahan kimia berbahaya yang memiliki dampak jangka panjang bagi kesehatan mereka.
Potensi Bahaya bagi Pengguna
Penting untuk dicatat bahwa perangkat wearable seperti jam tangan pintar dan pelacak kebugaran digunakan dalam jangka waktu yang lama oleh banyak orang.
Menurut penelitian, rata-rata seseorang memakai perangkat tersebut selama 11 jam per hari. Dalam periode penggunaan yang panjang ini, paparan terhadap bahan kimia berbahaya seperti PFHxA dapat menyebabkan dampak kesehatan yang signifikan, terutama jika seseorang terpapar secara terus-menerus dalam jangka waktu lama.
Walaupun temuan ini baru muncul dalam beberapa tahun terakhir, risiko yang ditimbulkan oleh paparan PFHxA tetap menjadi perhatian besar. Bahan kimia ini dapat mempengaruhi fungsi tubuh manusia dalam jangka panjang, yang mengarah pada gangguan kesehatan yang serius, termasuk masalah reproduksi, kardiovaskular, dan bahkan kanker.
Temuan ini membuka mata banyak pihak mengenai potensi risiko kesehatan yang tersembunyi dalam perangkat wearable yang populer di kalangan masyarakat.
Peneliti mendorong agar lebih banyak penelitian dilakukan untuk memahami dampak jangka panjang dari bahan kimia berbahaya ini, serta untuk mengembangkan standar yang lebih ketat dalam pembuatan produk-produk konsumen, khususnya yang berkaitan dengan teknologi yang dapat dipakai.
Penting bagi konsumen untuk lebih sadar dan kritis terhadap produk-produk yang mereka gunakan sehari-hari, terutama perangkat wearable yang mungkin mengandung bahan kimia berbahaya.
Dengan adanya penelitian ini, harapannya produsen dapat lebih memperhatikan faktor kesehatan dan keselamatan pengguna dalam proses pembuatan produk-produk mereka.
HEND/SLH