Kisah Nokia: Kejatuhan dan kebangkitan kembali sebagai pemain utama dalam industri teknologi global. Sebuah pelajaran berharga tentang transformasi bisnis.
SULUH.ID, Semarang – Nokia adalah salah satu perusahaan yang telah melewati perjalanan luar biasa selama lebih dari 150 tahun.
Dari awal yang sederhana sebagai pabrik pulp, Nokia berubah menjadi pemain utama dalam industri teknologi global.
Kisahnya adalah cerminan dari transformasi industri, tantangan inovasi, dan strategi adaptasi dalam menghadapi persaingan yang ketat.
Berikut ini adalah perjalanan Nokia, mulai dari masa kejayaan sebagai produsen ponsel terkemuka, kejatuhannya akibat persaingan ketat, hingga kebangkitannya kembali sebagai pemain utama dalam teknologi jaringan dan telekomunikasi.
Awal Mula, Dari Pabrik Pulp ke Diversifikasi Usaha
Perjalanan Nokia dimulai pada tahun 1865 di Finlandia, ketika Fredrik Idestam mendirikan sebuah pabrik pulp yang memproduksi kertas dari serat kayu. Produk seperti kertas toilet menjadi salah satu andalan Nokia di masa itu. Namun, perusahaan ini tidak berhenti pada satu sektor bisnis saja.
Pada awal abad ke-20, Nokia memulai diversifikasi bisnis yang menjadi dasar dari kesuksesannya di masa depan:
1902: Nokia memasuki sektor pembangkit listrik, memperluas jangkauan bisnisnya di bidang energi.
1904: Nokia meluncurkan bisnis karet yang memproduksi ban dan sepatu bot, menandai langkah besar dalam diversifikasi produk.
Hingga 1930-an, Nokia memproduksi berbagai produk inovatif, termasuk respirator yang belakangan kembali populer selama pandemi COVID-19. Puncaknya terjadi pada tahun 1967, ketika tiga divisi utama Nokia — kabel, karet, dan elektronik — bergabung menjadi Nokia Corporation.
Dari sinilah fokus pada teknologi radio dan jaringan mulai berkembang.
Masa Kejayaan Menguasai Pasar Ponsel Dunia Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, Nokia berada di puncak kejayaannya sebagai pemimpin pasar ponsel dunia. Produk-produknya yang tangguh, inovatif, dan mudah digunakan menjadi ikon global.
1998, Pendapatan tahunan Nokia mencapai US$20 miliar, dengan keuntungan bersih US$2,6 miliar.
Awal 2000-an, Ponsel Nokia mendominasi pasar, dengan model-model seperti Nokia 3310 dan 6600 menjadi simbol teknologi masa itu.
Keberhasilan ini didukung oleh keunggulan Nokia dalam menghadirkan teknologi yang andal dan terjangkau. Namun, kesuksesan ini tidak bertahan lama, terutama ketika pesaing baru mulai muncul dengan inovasi yang lebih agresif.
Kejatuhan, Kesalahan Strategi dan Persaingan Ketat Memasuki tahun 2000-an, Nokia mulai menghadapi tantangan berat. Persaingan di industri teknologi semakin ketat, terutama dengan kehadiran produsen ponsel cerdas seperti Apple dan Samsung.
2001: Nokia meluncurkan ponsel pertama dengan kamera bawaan, tetapi gagal memenuhi ekspektasi pasar.
2004: Nokia mulai kehilangan pangsa pasar karena strategi pemasaran yang tidak fleksibel dan inovasi yang kurang kompetitif dibandingkan pesaing.
2007: Kehadiran iPhone dari Apple menjadi game-changer, menawarkan antarmuka layar sentuh yang revolusioner.
2009: Krisis ekonomi global semakin memperburuk situasi, dengan penjualan menurun drastis dan perusahaan terpaksa memangkas ribuan pekerjaan.
Penurunan Pendapatan Nokia:
2009: US$57,156 miliar
2010: US$56,364 miliar
2011: US$53,844 miliar
2012: US$38,809 miliar
2013: US$16,881 miliar
Kesalahan terbesar Nokia adalah lambatnya adaptasi terhadap tren ponsel pintar, terutama dalam mengembangkan sistem operasi yang kompetitif. Ketergantungan pada Symbian membuat Nokia tertinggal jauh dari iOS dan Android.
Kebangkitan, Fokus Baru pada Teknologi Jaringan Tahun 2013 menjadi titik balik bagi Nokia. Perusahaan ini menjual divisi ponselnya kepada Microsoft seharga US$5,6 miliar, sebuah langkah strategis untuk melepaskan diri dari sektor yang telah menjadi beban.
Divisi tersebut kemudian menjadi bagian dari Microsoft Mobile, meskipun akhirnya gagal bersaing dengan Android dan iOS.
Setelah melepas bisnis ponsel, Nokia berfokus pada sektor jaringan telekomunikasi, teknologi digital, dan penelitian inovatif.
Nokia mengembangkan teknologi 4G dan 5G, menjadikannya pemain utama dalam industri jaringan global.
Investasi dalam teknologi IoT (Internet of Things) dan kecerdasan buatan semakin memperkuat posisinya sebagai perusahaan teknologi terkemuka.
Pendapatan Nokia kembali stabil, dengan angka mencapai US$24,090 miliar pada tahun 2023.
Kisah Nokia adalah bukti bahwa transformasi adalah kunci dalam menghadapi tantangan bisnis. Dari pabrik pulp hingga menjadi pemimpin teknologi jaringan, Nokia menunjukkan kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan.
Meskipun gagal mempertahankan dominasinya di pasar ponsel, Nokia berhasil menemukan jalan baru melalui inovasi dan diversifikasi.
Transformasi ini menjadi inspirasi bagi banyak perusahaan lain untuk terus beradaptasi dan berkembang di tengah perubahan zaman.
YHW/SLH
Nokia, Transformasi Bisnis, Sejarah Teknologi, Inovasi, Kejayaan Ponsel, Teknologi Jaringan, Perjalanan Nokia, Kebangkitan Nokia, Perusahaan Global, Pelajaran Bisnis,