Mengaku sebagai orang baik bukan jaminan kita benar-benar baik. Simak enam perilaku yang sering menunjukkan ilusi kebaikan diri.
SULUH.ID – Banyak orang menganggap dirinya baik, tetapi tidak semua tindakan mereka mencerminkan hal itu. Ada enam perilaku umum yang sering ditemukan pada orang yang merasa dirinya baik, padahal sebenarnya hanya mengejar pengakuan sosial.
Pujian Berlebihan terhadap Diri Sendiri. Mereka yang terus-menerus membicarakan kebaikan yang telah dilakukan sering kali hanya mencari validasi.
Alih-alih menunjukkan empati atau kepedulian sejati, mereka menggunakan cerita tersebut untuk meningkatkan citra diri.
Cepat Menghakimi dan Mengkritik Orang Lain. Orang yang benar-benar baik lebih cenderung memahami daripada menghakimi. Sebaliknya, mereka yang merasa dirinya baik sering mengkritik tanpa mencoba melihat latar belakang orang lain. Ini menunjukkan kecenderungan untuk merasa superior daripada benar-benar ingin membantu.
Memainkan Peran Korban. Perilaku playing victim sering dilakukan untuk mempertahankan citra sebagai pihak yang tidak bersalah.
Alih-alih mengakui kesalahan, mereka fokus pada bagaimana diperlakukan dengan tidak adil, menciptakan kesan bahwa mereka selalu menjadi korban keadaan.
Kebiasaan Berbohong dengan Alasan Baik. Kebohongan putih mungkin terlihat tidak berbahaya, tetapi bila dilakukan terus-menerus, ini menunjukkan kecenderungan untuk menjaga citra diri di atas kejujuran.
Mereka lebih takut akan konflik daripada berusaha menciptakan hubungan yang sehat dan terbuka.
Selalu Menyenangkan Orang Lain. Orang yang terus berusaha menyenangkan semua orang mungkin terlihat baik, tetapi mereka sering mengorbankan prinsip atau pendapatnya sendiri.
Hal ini menunjukkan kurangnya integritas daripada kebaikan sejati.
Sulit Mengakui Kesalahan. Kesulitan meminta maaf adalah tanda utama dari seseorang yang lebih peduli pada citra diri daripada pertumbuhan pribadi.
Permintaan maaf dianggap sebagai ancaman terhadap ilusi bahwa mereka adalah orang yang baik.
Introspeksi: Langkah Awal Menuju Kebaikan Sejati
Mengenali perilaku-perilaku ini adalah langkah awal untuk mengevaluasi diri dengan lebih jujur.
Kebaikan sejati bukan tentang bagaimana kita ingin dilihat oleh orang lain, melainkan tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dengan tulus.
Apakah kita siap menghadapi kenyataan bahwa mungkin kita tidak sebaik yang kita pikirkan? Menghadapi kelemahan diri dengan rendah hati adalah jalan menuju perubahan yang lebih baik.
Menjadi orang baik bukanlah pencapaian, melainkan proses yang terus-menerus. Tidak perlu mengumumkan kebaikan yang telah kita lakukan, sebab kebaikan sejati tidak butuh pengakuan, melainkan perbuatan yang berbicara.
SLH