Pidato Megawati pada HUT ke-52 PDIP menyoroti pentingnya menjaga kekayaan Indonesia agar tidak jatuh ke tangan segelintir pihak demi kepentingan pribadi.
SULUH.ID, Jakarta – Dalam pidato politik pada perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan kekhawatirannya tentang potensi kebangkitan imperialisme dalam bentuk baru di Indonesia.
Pidato ini tidak hanya mengingatkan bangsa akan sejarah kelam masa penjajahan, tetapi juga menyoroti ancaman yang kini muncul dari dalam negeri sendiri.
Megawati mengulas sejarah imperialisme di Indonesia yang dimulai oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie).
VOC, sebagai perwakilan dagang Belanda, kala itu berperan besar dalam eksploitasi kekayaan alam Nusantara. Mengacu pada hal tersebut, Megawati memperingatkan agar bangsa ini tidak lengah terhadap potensi eksploitasi serupa, kali ini dengan aktor-aktor dari dalam negeri.
“Belanda itu tidak masuk dalam pemerintahan, yang ada adalah VOC. Tapi karena melihat kekayaan, mereka mengajukan imperialisme penjajah,” ujar Megawati.
Megawati menyoroti pentingnya posisi strategis Indonesia dalam jalur perdagangan global, baik masa lalu maupun kini, mengingat kekayaan alam dan potensi geografisnya. Namun, alih-alih menjadi kekuatan ekonomi yang mandiri, Megawati khawatir jika bangsa Indonesia terjebak dalam mentalitas mengejar kekayaan pribadi semata.
“Negara kita ini kaya raya dari timur ke barat, tetapi yang kalian pikirkan hanya kekayaan pribadi,” tambahnya.
Salah satu bagian terpenting dalam pidato Megawati adalah peringatannya tentang bentuk imperialisme modern. Menurutnya, ancaman terbesar bangsa saat ini bukanlah dari penjajah asing, melainkan dari dalam negeri sendiri—mereka yang mementingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan bangsa.
Megawati mengutip pidato ayahnya, Presiden pertama RI Bung Karno, yang menyatakan bahwa perjuangan masa kini jauh lebih berat karena harus melawan ancaman dari bangsa sendiri.
Pidato Megawati ini menjadi pengingat bagi seluruh elemen bangsa bahwa perjuangan belum berakhir. Kekayaan dan potensi Indonesia harus dimanfaatkan demi kemajuan bersama, bukan hanya segelintir pihak. Tantangan ke depan adalah membangun kesadaran kolektif agar imperialisme modern tidak kembali hadir dalam bentuk reinkarnasi oleh anak bangsa sendiri.
CLST/SLH