PHK massal kembali terjadi di awal tahun 2025. Tiga perusahaan di sektor alas kaki dan tekstil bersiap memutus hubungan kerja 4.050 pekerja. Apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya?
SULUH.ID, Semarang – Awal tahun 2025 dimulai dengan kabar suram dari dunia industri padat karya di Indonesia. Tiga perusahaan besar di sektor alas kaki dan tekstil mengumumkan rencana Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 4.050 pekerja.
Informasi ini diungkapkan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, yang menyoroti bahwa permasalahan industri terus berlanjut tanpa solusi nyata.
“Awal tahun 2025 sudah ada perusahaan yang merencanakan PHK. Lokasinya di Kabupaten Tangerang, Kabupaten Subang, dan Kabupaten Bandung,” ujar Ristadi Rabu (8/1/2025), dikutib dri CNBC Indonesia.
Kabupaten Tangerang: Perusahaan alas kaki yang memproduksi sepatu untuk merek internasional akan mem-PHK sebanyak 2.400 pekerja.
Kabupaten Bandung: Salah satu perusahaan tekstil akan menghentikan operasinya, mengakibatkan 900 pekerja kehilangan pekerjaan.
Kabupaten Subang: Perusahaan tekstil lain juga akan menutup operasinya, mem-PHK sekitar 750 pekerja.
Penyebab utama dari gelombang PHK ini adalah penurunan permintaan produk. “Barang produksi tidak laku dan tidak ada pesanan dari buyer,” jelas Ristadi.
Ristadi mengungkapkan, banyak perusahaan yang melakukan PHK secara tertutup, sehingga data yang dilaporkan ke pemerintah seringkali tidak mencerminkan situasi sebenarnya.
“Perusahaan di Kabupaten Tangerang ini adalah bagian dari grup yang sebelumnya sudah melakukan PHK besar-besaran. Awalnya mereka memiliki 24.000 pekerja, kini tersisa 19.000, dan sekarang akan memangkas 2.400 lagi,” ungkapnya.
Ristadi juga mengkritik Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan dinas tenaga kerja daerah yang dinilainya tidak proaktif.
“Mereka hanya menunggu laporan dari pengusaha, tidak jemput bola,” katanya.
Ia menambahkan bahwa faktor politis sering menjadi alasan data PHK tidak diekspos, terutama menjelang pemilu atau saat kepala daerah ingin mempertahankan citra baik.
Data Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa sektor tekstil telah kehilangan 90.000 pekerja, sementara sektor pakaian menyumbang tambahan 20.000 korban PHK. Namun, pemerintah tetap optimis dengan penambahan 4,8 juta tenaga kerja baru secara bersih.
Gelombang PHK di awal tahun 2025 menunjukkan bahwa industri padat karya di Indonesia masih menghadapi tantangan besar. Pemerintah dan pelaku usaha perlu segera mencari solusi untuk mencegah krisis ini semakin meluas dan memberikan perlindungan lebih baik bagi tenaga kerja.
YHW/SLH