Peran Model Pembelajaran Masalah Di Pendidikan Agama Kristen

1.  Pembelajaran Mandiri (Self Learning)
Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing siswa mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas yang  sedang  diinvestigasi. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar siswa mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.
Di luar pertemuan dengan fasilitator, siswa bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut siswa akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Siswa juga harus mengorganisasiinformasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.

2.  Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge).
Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap siswa menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan   cara   mengintegrasikan   hasil   pembelajaran   mandiri   untuk   mendapatkan   kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan  dari  pleno, menentukan kesimpulan akhir,  dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

Baca Juga  Keteladanan Integritas Dan Karakter Kristen Para Tokoh Alkitab

3.  Penilaian (Assessment)
Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan (knowledge), kecakapan (skill), dan sikap (attitude). Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujian tengah semester (UTS), kuis, PR, dokumen, dan laporan. Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran,   baik   software,   hardware,   maupun   kemampuan   perancangan   dan   pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot   penilaian   untuk   ketiga   aspek   tersebut   ditentukan   oleh   guru   mata   pelajaran   yang bersangkutan.
Kelemahan

Baca Juga  Menjaga Rasionalitas di dalam Beragama

Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, diantaranya :
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajara apa yang mereka ingin pelajaran

Baca Juga  Hukum Kepemimpinan dan Karakter Kepemimpinan Sejati

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *