Peran Model Pembelajaran Masalah Di Pendidikan Agama Kristen

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

1. Mana kala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
2. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu keterampilan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
3. Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
4. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
5. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan)

Karateristikdan Prinsip dalam Metode Pembelajaran Berbasis Masalah.

Ciri khusus pembelajaran berdasarkan masalah menurut Arends model PBL memiliki karakteristik sebagai barikut ini.

Baca Juga  Penerapan Metode STAD Dalam Persiapan Lomba Mata Pelajaran Agama Kristen CCA

1. Pengajuan pertanyaan atau masalah
Mengajukan situasi kehiduupan nyata autentik, emnghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi tersebut.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajara berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran IPA atau matematika, masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar -benar nyata agar dalam pemecahannya.

3. Penyelidikan autentik.
Mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyeselesaian nyata terhadap masalah nyata, mereka harus menganalisis dan menidentifikasi masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan.

loading...

4. Menghasilkan produk dan memamerkannya
Menuntut siswa untuk menghasilkan produk tententu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan.  Pendefinisian Masalah (Defining the Problem).

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, siswa melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Kedua, Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja.

Baca Juga  Hukum Kepemimpinan dan Karakter Kepemimpinan Sejati

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada siswa yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam  permasalahan kelompok. Pertama, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok. Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian  dari isu  permasalahan yang  didapat.  

Baca Juga  Manipulasi Kebenaran : Dari Sofisme Yunani ke Propaganda Modern

Fasilitator  memvalidasi  pilihan-pilihan yang diambil siswa. Pada akhir langkah siswa diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang  mereka  ketahui, apa saja  yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap siswa mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *