Penulis : Christina Adelia Manullang
Mahasiswa Prodi Teologi STT Kanaan Nusantara Ungaran, Semarang
Integritas menunjuk kepada siapa kita yang sebenarnya. Orang yang memiliki integritas adalah orang yang memiliki pribadi yang utuh; kehidupannya menyatu. Artinya, ia tetap orang yang sama atau tidak berubah, baik ketika dilihat orang maupun ketika tidak ada orang yang mengamatinya. Integritas mempengaruhi seberapa banyak yang kita capai. Dan hal ini juga menentukan apakah seseorang itu pantas dihargai atau tidak.
Integritas yang kita miliki adalah sistem internal (dari dalam) yang menentukan respons kita terhadap kegagalan, perlakuan tidak pantas dan penderitaan serta menentukan sikap kita terhadap kesuksesan (kemungkinan besar hal inilah ujian integritas yang terberat). Integritas meliputi setiap aspek segi kehidupan kita.Integritas menjangkau yang lebih jauh daripada sekadar talenta, pendidikan, latar belakang atau jaringan dari teman-teman di sekitar kita.
Daniel adalah salah satu tokoh Alkitab yang biasanya langsung akan dikaitkan dengan suatu peristiwa. Sehubungan dengan Daniel, peristiwa itu adalah gua singa. Dalam Daniel 6:17 Sesudah itu raja memberi perintah, lalu diambillah Daniel dan dilemparkan ke dalam gua singa. Berbicaralah raja kepada Daniel: “Allahmu yang kausembah dengan tekun, Dialah kiranya yang melepaskan engkau!”.
Kisah di atas menceritakan keberanian, integritas, dan keteguhan iman Daniel. Seperti kita ketahui, Daniel adalah seorang jajahan di kerajaan Babel yang bekerja sebagai penasehat raja. Kemudian, setelah kerajaan Persia mengalahkan Babel, karena hikmat Tuhan yang ada padanya, Daniel dipercayakan posisi serupa. Hal itu tidak berlangsung lama karena ada penasehat raja lainnya yang iri terhadap Daniel.
Mengetahui Daniel adalah seorang yang taat kepada Tuhan dan berdoa tiga kali sehari, orang-orang itu menyakinkan raja agar raja mengeluarkan perintah untuk melarang siapa pun menyembah selain kepada raja. Keputusan itu menyebabkan Daniel harus menghadapi hukuman mati di gua singa. Namun, Tuhan menjagai Daniel dan menyelamatkannya. Raja dan para pengikutnya pada akhirnya mengakui kehebatan Tuhan yang Daniel sembah.
Daniel mengalami hal yang menakutkan di hadapannya dan ia telah hidup melalui ketakutan itu. Dan dari pengalamannya yang telah menghadapi kehidupan dengan jujur dan berani sebagai pengikut Kristus, kita perlu memiliki keberanian, integritas, dan keteguhan iman yang Daniel miliki untuk tetap teguh berdiri di zaman sekarang.
Tentu saja kita tetap perlu menghormati keputusan-keputusan yang dibuat oleh pemerintah, institusi hukum, perusahaan, perjanjian bisnis, atau institusi pendidikan, kecuali hal itu melanggar kebenaran yang kita percayai. Jika itu terjadi, seperti Daniel, kita perlu memilih untuk memihak kepada Tuhan dan kebenaran-Nya, dan berdiri teguh di atas iman. Integritas kita adalah sistem internal yang menentukan respons kita terhadap kegagalan, perlakuan tidak pantas, dan penderitaan.
Begitu juga dengan karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (nurture) dan faktor bawaan (nature). Dalam Alkitab, Yusuf merupakan seorang tokoh yang termasuk orang yang dapat menjaga kemurnian moralnya di antara orang berdosa lainnya. Hidupnya begitu bersih sampai pemfitnahnya harus mengarang cerita bohong tentang dia. Sekalipun ia memiliki alasan untuk menyalahkan Allah atas kemalangannya dan mencari-cari alasan untuk berlaku buruk, karakternya tetap utuh.
Motivasi integritas Yusuf adalah loyalitasnya kepada sesama dan kasihnya kepada Allah. Dasar karakter tidak ditentukan oleh mayoritas teman sebaya kita atau karena hasil produksi kelenjar-kelenjar kita, tetapi karena perintah Bapa kita.
Kisah Yusuf mengungkapkan bahwa karakter itu terpancar dari dalam. Karakter bukanlah sesuatu yang kita kenakan, ciptakan atau beli. Karakter para pengikut Kristus berasal dari kehadiran Allah yang tinggal di dalam kita. Seperti Yusuf, kita kita juga harus membuatnya terpancar keluar.
Dasar integritas adalah karakter. Integritas juga dimulai dengan motivasi.Karakter Kristiani dibangun dalam kebajikan-kebajikan pokok yang bersifat ilahi. Karakter berkembang saat pikiran dan hati memerintahkan kehendak untuk menerima kuasa kebajikan tersebut, yang menghasilkan nilai-nilai dan tingkah laku kristiani. Untungnya karakter kita dapat menjadi kuat tanpa harus menjadi sempurna. Karena hanya Kristus sendiri yang memiliki karakter yang sempurna.
KESIMPULAN
Integritas adalah karakter pribadi yang bagi tubuh berarti kesehatan atau bagi mata berarti penglihatan. Berbeda dengan istilah karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan “tabiat; watak; sifat-sifat kejiwaan atau budi pekerti yang dapat membedakan seseorang dari yang lainnya.” Karakter juga dapat diartikan sebagai istilah psikologis yang menunjuk kepada “sifat khas yang dimilki oleh individu yang membedakannya dari individu yang lain.” Jadi, pada dasarnya karakter adalah sifat-sifat yang melekat dalam diri seseorang. Sedangkan istilah Kristen adalah sebutan bagi seseorang yang telah menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam hidupnya secara pribadi serta meneladani hidup dan ajaran-ajaranNya di dalam kehidupan sehari-hari.
Belajar dari teladan kehidupan Yesus yang adalah seorang berintegritas dan berkarakter unggul. Perjalanan dan pelayanan kehidupanYesus di dunia menjadi contoh yang dapat di teladani oleh semua orang terkhusus orang percaya. Sekalipun Yesus tidak dipandang oleh dunia, tetapi kasihNya tidak pernah berubah dalam hidup kita. Ternyata tidak hanya Yesus yang dapat kita teladani dalam memiliki integritas dan karakter yang unggul. Kita juga dapat belajar melalui kisah kehidupan Daniel dan Yusuf yang juga memiliki integritas dan karakter yang bisa menjadi teladan bagi kita.
Alkitab banyak membahas dan memberi kita pemahaman serta contoh tokoh-tokoh Alkitab yang dapat diteladani mengenai integritas dan karakter yang benar. Seseorang yang memiliki kedua hal ini, akan menjadi pribadi yang unggul dan menjadi berkat bagi banyak orang
Sumber Alkitab
LAI. Alkitab Terjemahan Baru. Jakarta: LAI, 2017.
Sumber Buku
Made Nopen Supriadi. Integritas: Sebuah Rekonstruksi Pemahaman secara Filosofis-Theologis.Bengkulu: Permata Rafflesia, 2020.
Dr. Henry Cloud. Integritas: Keberanian Memenuhi Tuntutan Kenyataan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Adi Suprayitno dan Wahid Wahyudi, Pendidikan Karakter di Era Mienial. Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020.
Neneng Maria Kiptyah, M. Pd. Menjadi Widyaiswara Pembelajar. Jawa Timur: Nizamia Learning Center, 2020.
Insight Of YSKI Teacher. A Great Model For Future Learning. Jawa Timur: Klik Media, 2021