Raup Rupiah, Mahasiswa Isi Waktu Luang Tanam Selada Hidroponik

SULUH.ID, SEMARANG Pandemi Covid-19 membuat berbagai aktivitas dilakukan secara daring (Dalam jaringan/Online). Tidak luput menyasar bidang pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT) dilakukan perkulihan secara daring. Semua kegiatan perkulihan dilakukan dari rumah, sehingga banyak waktu luang yang terbuang sia-sia bila tidak manfaatkan.

Seorang mahasiswa asal Desa Kembang, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, Mohammad Royyan tak mau waktu luangnya terbuang dengan sia-sia. Ia mencoba berwira usaha dengan bertaman selada hidroponik.

Selain menyalurkan hobi berkebun, budidaya hidroponik juga membuka peluang usaha dimasa pandemi. Berawal dari coba-coba akhirnya berhasil mendulang rupiah dari kegiatan waktu luangnya.

Baca Juga  Pepadi Akan Lapor Bareskrim Terkait Ceramah Musnahkan Wayang

Dengan kreatifitas dan pengalaman, ia mencoba menjadi petani milenial dengan menanam selada sistem hidroponik.

“Saya ketika daftar kuliah, ternyata itu tidak tatap muka atau daring. Sehingga waktunya banyak di rumah, saya mulai berpikir agar bisa produktif dan berkembang dengan memanfaatkan lahan yang ada,” Katanya

Dari berbagai macam ide usaha usaha yang melintas dalam pikiranya, kemungkinan bisa dikembangkan, muncul ide hidroponik dengan tanaman selada. Kurang dari setahun usahanya berhasil dan seharinya bisa panen tujuh kilogram.

Royyan mengaku, menekuni budidaya selada melalui media tanam hidroponik kurang dari satu tahun. Pekarangan dengan ukuran 8X10 meter persegi dimanfaatkan sebagai ruang pembibitan.

loading...
Baca Juga  Milenial Mendominasi Bacalon Legislatif Partai Hanura Kendal

“Perawatan tanaman setiap hari, membutuhkan waktu 45 hari, mulai dari masa pembibitan hingga selada segar siap dipanen.,” terangnya.

Dikutib dari KBRN, Pembelian bisa dihantar atau bisa datang sendiri ke lokasi kebun hidroponik, sehingga pembeli bisa memilih sendiri selada yang akan dibeli dengan harga Rp 20 ribu /kg.

Seorang pelanggan Solikah merasa puas dengan harga yang dipatok karena selada yang dijual sesuai dengan harganya, segar dan fresh.

“Itu bahannya segar-segar, bisa pilih sendiri dan fresh, bagus-bagus. Biasanya beli di pasar tapi agak layu-layu, gak bisa milih-milih dari jauh mungkin ya. Harganya murah tapi jelek-jelek, tapi di sini harganya biasa tapi lebih segar dan bisa milih sendiri,” Ungkapnya.

Baca Juga  STTKN Adakan Pelatihan Penyusunan Kurikulum PT Keagamaan Kristen Berbasis KKNI

Pembeli tidak hanya dari tetangga yang satu desa, tapi juga dari daerah lain, seperti dari Kabupaten Jepara. Selain mendapatkan selada yang fresh, pilih sendiri, ada unsur wisatanya.

HEND/SLH

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *