Implementasi Toleransi Beragama Dalam Studi Di Kampus ATEM Semarang

Penulis : Aris Munandar
Dosen dan Pembina BEM ATEM Semarang.

SULUH.ID, SEMARANGSikap toleransi bisa diterapkan pada kelompok yang memiliki perbedaan pandangan seperti agama, ras, suku dan budaya. Adanya perbedaan tersebut seharusnya bisa menjadi alasan untuk melengkapi satu sama lain dan bukan dipertentangkan. Di sisi lain, kita hidup di negara yang masyarakatnya memeluk agama berbeda-beda. Untuk menyikapi perbedaan tersebut, diperlukan rasa dan sikap toleransi yang kuat dengan menghormati satu sama lain yang memeluk agama berbeda

Akademi Teknik Elektro Medik ( ATEM ) Semarang, sebagian mahasiswa, dosen maupun karyawan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti latar belakang seperti suku, budaya serta keyakinan. Disana ada sebagian mahasiswa dan dosen yang beragama non muslim, meskipun sebagian besar mahasiswa dan dosen beragama Islam, akan tetapi perbedaan ini dapat menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama yang kondusif di lingkungan kampus. .

Dituturkan oleh Mohammad Nur Alfian, seorang mahasiswa tingkat 1 ATEM Semarang, makna toleransi dan perbedaan kepercayaan yang ada di kalangan mahasiswa, dapat mempererat rasa persaudaraan di antara mahasiswa, karena akan terus saling menghargai dan menghormati satu dengan yang lain. Agama bukan menjadi penghalang kita untuk bersatu di lingkup kampus atau negara sekalipun. Begitulah sesuai sila 1 “ Ketuhanan Yang Maha Esa “ bahwa sejatinya Pancasila diciptakan untuk menyatukan bukan untuk menghancurkan.

Baca Juga  Kuliah Gratis, Polteknik Ketenagakerjaan Buka PMB 2021/2022

Menurut pendapat Citra Ghina Isfahani mahasiswa tingkat 2 ATEM Semarang, menggambarkan bahwa kita sebagai mahasiswa harus bisa mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing, membina kerukunan antar pemeluk umat beragama, sehingga dengan mewujudkan makna toleransi dikalangan mahasiswa.

Adapun menurut Sulisyowati mahasiswa tingkat 3 ATEM Semarang, kemajemukan dan perbedaan kepercayaan dan keyakinan di antara mahasiswa, tetap kita hormati dengan menciptakan sikap, tindakan serta perkataan yang dapat kita pertanggungjawabkan, dengan menciptakan dan membina kerukunan antar sesama mahasiswa.

Dalam beberapa pendapat mahasiswa di atas, bahwa mahasiswa sebagai agen of change yang mempunyai peranan penting dalam penegakkan nilai Religius. Namun tidak hanya itu, perbaikan di berbagai nilai harus ditingkatkan seperti melalui kualitas agamanya.

loading...
Baca Juga  Kepala Bappenas Optimistis Perekonomian Indonesia Makin Baik

Agama merupakan pijakan fondasi dasar dalam kehidupan. Dengan kita memahami unsur dan kandungan dalam beragama dapat memperkuat moralitas, membentuk karakter  dan meningkatkan persepsi mahasiswa untuk menolak adanya radikalisme yang beredar di dalam kampus seperti menerima surat yang berisikan ajakan atau seminar yang tidak jelas arahnya. Sebagai mahasiswa harus berpikir kritis sebelum melakukan tindakan. Tindakan tersebut adalah salah satu hal yang perlu diterapkan dikalangan mahasiswa sehingga membentuk sebuah karakter.

Implementasi nilai-nilai toleransi beragama di kampus ATEM Semarang, dapat dilihat pada saat menyambut 1 Romadhon, mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) Semarang, mengadakan kegiatan buka puasa bersama di kampus, di sini mahasiswa yang beragama non muslim datang untuk mengikuti kegiatan tersebut, sebaliknya dalam memperingati hari-hari besar keagamaan Kristen dan Katolik, seperti hari Natal dan Paskah, mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa ( BEM ) yang beragama muslim, juga datang untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di kampus.

Kita sebagai mahasiswa yang berpendidikan, seharusnya harus bersikap toleran. Dilingkungan kampus kita semua sama sebagai seorang mahasiswa. Kita harus selalu mendukung yang terbaik untuk teman kita.

Baca Juga  Dari Akademi Jadi Sekolah Tinggi, ATEM Berubah Menjadi STIKES Semarang

Didunia kampus, sering terjadi penyelewengan agama. Sering adanya berita hoax yang menyebar, membuat perselisihan dimana – mana. Sekarang yang seagama pun banyak mahasiswa yang mengelompok sendiri – sendiri. Karena perbedaan pemahaman, terkadang membuat perselisihan, padahal mereka satu agama.

Disini sangatlah dibutuhkan toleransi, dengan komunikasi dan toleransi yang baik, tidak akan ada perselisihan. Bisa saling menerima perbedaan. Demikian kehidupan toleransi yang ada di kampus ATEM Semarang, walaupun mempunyai perbedaan ras, suku, budaya serta kepercayaan, tetapi bukan suatu penghalang untuk hidup saling berdampingan satu dengan yang lainnya.

HND/SLH

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *