JURNALJATENG.ID, MADIUN – Pemerintah Kota Madiun, Jawa Timur, ternyata juga memiliki bangunan toilet senilai Rp. 200 juta, seperti yang saat ini viral di Bekasi, Jawa Barat. Jika di Bekasi toilet ‘hebat’ itu untuk melengkapi gedung sekolah dasar negeri, sementara di Madiun sebagai pelengkap penataan kawasan embung.
Proyek penunjukan langsung penataan kawasan embung, sebagai pengendali daerah tangkapan air dan badan sungai, itu persisnya menelan anggaran daerah sebesar Rp. 197.100.000. Dijadwalkan selesai pada 15 Oktober lalu, yang selain toilet berukuran 3 X 3 meter, juga menyangkut pengerjaan 5 unit payung tempat teduh permanen serta paving taman seluas 40 X 6 meter.
Pembangunan tersebut terdapat beberapa poin yang menjadi sorotan pihak LSM Garda Terate Madiun, yang menyempatkan mengunjungi lokasi proyek yang berada di daerah Pilangbango, Kecamatan Kota itu, Selasa (12/ 12).
Kepada jurnalis, personil LSM Garda Terate, Bambang Gembik, merinci beberapa poin yang dia soroti atas proyek tersebut. Diantaranya menyangkut masa pengerjaan proyek yang harusnya sudah selesai dua bulan lalu, namun hingga saat ini masih dalam pengerjaan.
“Terkait nilai proyek yang menelan anggaran nyaris Rp. 200 juta itu juga gak masuk akal. Rabaan saya proyek itu hanya butuh dana tak lebih dari Rp. 100 juta. Nah, ini bancakan lagi namanya,” teriak Gembik yang culas itu.
Hal yang tidak kalah membuat Gembik murka, proyek yang dikerjakan CV. Cipta Sarana Utama tersebut diduga fiktif. Pasalnya, Gembik mengaku mencari keberadaan kantor perusahaan jasa kontraktor tersebut, yang ternyata nihil.
“Tidak pakai lama. Saya segera melanjutkan persoalan ini ke Kejaksaan setempat. Bila perlu, saya ke Jakarta sekalian,” cetus Gembik berapa api.
Dalam lembaran layanan pengadaan secara elektronik (LPSE) setempat, terpantau CV. Cipta Sarana Utama beralamat di RT 26/ RW 07, Desa Wayut, Kecamatan Jiwan, Madiun.
Namun, saat jurnalis hendak mengkonfirmasi pihak CV. Cipta Sarana Utama sesuai alamat tersebut ternyata tidak ditemukan. Alamatnya ada, namun keberadaan CV – nya tidak ada.
“Nah, benar kan ada yang tanya lagi. Fiktif itu, Mas. Selama dua bulan terakhir sudah ada 5 orang yang menanyakan keberadaan kontraktor tersebut,” ungkap salah seorang pengurus desa, yang minta dirahasiakan identitasnya.
Pengurus desa tersebut sekaligus mengkonfirmasi, bahwa di wilayahnya tidak terdapat perusahaan dimaksud. Kecuali itu, pengakuan yang sama juga dikemukakan 5 orang warga setempat.
“Saya sejak kecil itu tinggal di desa ini, Mas. Tapi gak pernah tahu mengenai kontraktor tersebut,” ucap ibu rumah tangga setempat, menimpali.
Sementara Kepala Bidang Pengelolaan Sumber Daya Air dan Darinase Dinas Pu Kota Madiun, Suyanto, hingga berita ini ditulis enggan menjawab konfirmasi jurnalis yang diajukan via WA kepadanya, Selasa siang (22/ 12).
Menanggapi itu, LSM Garda Terate yang diwakili Gembik tidak ambil pusing. “Besuk saya ke Kantor Kejaksaan Kota Madiun untuk melaporkan persoalan ini,” tukas Gembik yang nampak tidak sabar ingin segera menuntaskan persoalan itu.
FIN/SLH